Mengenai Saya

Foto saya
saya adalah puja klana (putra jawa berkelana)

Jumat, 19 Agustus 2011

askep lansia ansietas


LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA
 DENGAN GANGGUAN KETAKUTAN (ANSIETAS)

A.    KONSEP LANJUT USIA (LANSIA)
a.       Pengertian
Lansia menurut Setianto, 2004 adalah Seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun keatas. Lansia (Pudjiastuti, 2003) merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan.Lansia menurut BKKBN, 1995 yaitu Individu yang berusia diatas 60 tahun, pada umumnya memiliki tanda-tanda terjadinya penurunan fungsi-fungsi biologis, psikologis, sosial, ekonomi.
b.      Batasan Umur Lanjut Usia
Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab I ayat 2 yang berbunyi “Lanjut Usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas”.
Menurut World Health Organization (WHO)
a)      Usia Pertengahan (middle age) : 45-59 tahun
b)      Lanjut Usia (ederly) : 60-74 tahun
c)      Lanjut Usia Tua (old) : 75-90 tahun
d)     Usia Sangat Tua (very old) : di atas 90 tahun
c.       Perubahan Sistem Tubuh Lansia (Nugroho, 2000)
a)      Perubahan Fisik
1.    Sel
2.     Sistem Persarafan
3.     Sistem Pendengaran
4.     Sistem Penglihatan
5.     Sistem Kardiovaskular
6.     Sistem Pernapasan
7.     Sistem Gastrointestinal
8.     Sistem Endokrin
9.     Sistem Integumen.
10.   Sistem Muskuloskeletal

b)      Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental:
1.  Kenangan ( Memory)
2.
 IQ (Intellegentia Quantion)
c)      Perubahan Psikososial
1.    Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awarness of mortality)
2.    Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih sempit.
3.    Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic depriviation)
4.    Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit bertambahnya biaya pengobatan.
5.    Penyakit kronis dan ketidakmampuan.
6.    Gangguan saraf pancaindera, timbul kebutaan dan ketulian.
7.    Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
8.    Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-teman dan keluarga.
9.    Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik: perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri.

B.     KETAKUTAN (ANSIETAS)
  1. Definisi
Ketakutan adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena ketidak nyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons ( sumber seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu).
Ketakutan/kekuatiran pada sesuatu yang tdk jelas dan berhubungan dengan perasaan tidak menentu dan tak berdaya (helplessness).
Ketakutan suatu perasaan takut akan terjadi sesuatu yang disebabkan oleh antisipasi bahaya. Ini merupakan sinyal yang menyadarkan bahwa peringatan tentang bahaya yang akan datang dan memperkuat individu mengambil tindakan menghadapi ancaman.
Ketakutan memiliki nilai yang positif. Menurut Stuart dan Laraia (2005) aspek positif dari individu berkembang dengan adanya konfrontasi, gerk maju perkembangan dan pengalaman mengatasi kecemasan. Tetapi pada keadaan lanjut perasaan takut dapat mengganggu kehidupan seseorang.
2.      Tingkatan Ansietas
Menurut Stuart dan Sundeen (1998:175-176), tingkat ansietas sbb :
a.    Ketakutan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Ansietas ringan: pd kehidupan sehari-hari. Individu sadar. Lahan persepsi meningkat (mendengar, melihat, meraba lebih dari sebelumnya). Perlu untuk memotivasi belajar, pertumbuhan, dan kreativitas.
b.   Ketakutan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Ansietas sedang: lahan persepsi menyempit (melihat, mendengar, meraba menurun dpd sblmnya). Fokus pd perhatian segera.
c.    Ketakutan Berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cendrung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.
d.      Panik: hilang kontrol, hanya bisa menurut perintah
Tingkat Panik dari ansietas berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Rincian terpecah dari proporsinya, tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi menyimpang, kehilangan pemikiran rasional.



3.      Faktor Ketakutan (Ansietas)
a.    Predisposisi
Menurut Stuart dan Laraia (1998: 177-181) terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan ansietas, diantaranya:
a)   Pandangan Psikoanalitik.
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara antara 2 elemen kepribadian – id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego atau aku berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b)   Pandangan Interpersonal
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang yang mengalami harga diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
c)    Pandangan Perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku menganggap sebagai dorongan belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. Individu yang terbiasa dengan kehidupan dini dihadapkan pada ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas dalam kehidupan selanjutnya.
d)   Kajian Keluarga
Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi.
e)    Kajian Biologis
Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine. Reseptor ini membantu mengatur ansietas. Penghambat GABA juga berperan utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya dengan endorfin. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.
b.    Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dibedakan menjadi:
a)   Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari
b)   Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas , harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
c)      Gabungan: penyebab timbulnya ansietas gabungan dari genetik, perkembangan, stresor fisik, stresor psikososial.

4.      Perilaku Ketakutan (Ansietas)
a.    Ansietas dapat diekspresikan langsung melalui perubahan fisiologis dan perilaku secara tidak langsung melalui timbulnya gejala/mekanisme koping untuk mempertahankan diri dari ansietas.
b.   Respon fisiologis dapat terjadi pada sistem kardiovaskuler, pernafasan, meuromuskuler, GI, perkemihan, dan kulit
c.    Perilaku: motorik, afektif, kognitif
5.      Efek Ketakuta (Ansietas)
Efek fisiologis ansietas
a.    Kardiovaskuler: palpitasi, berdebar-debar, TD meningkat, pinsan, TD menurun, dan nadi menurun.
b.   Pernafasan: Pernapasan meningkat, nafas pendek, dada sesak, nafas dangkal, rasa tercekik, terengah-engah.
c.    Neuromuskuler: terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, kaku-kaku, gelisah, wajah tegang, kelemahan umum, gerakan lambat, kaki goyah.
d.   Gastrointestinal: hilang nafsu makan, menolak makan, abdomen tdk nyaman, nyeri abdomen, mual, perih, diare.
e.    Sistem perkemihan: tekanan untuk buang air kecil, atau sering buang air kecil.
f.     Kulit: wajah kemerahan, keringat lokal, gatal-gatal, rasa panas dingin, wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh.
6.      Respon Perilaku
a.    Motorik: gelisah, ketegangan fisik, tremor, sering kaget, bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung celaka, menarik diri, menghindar, menahan diri, hiperventilasi.
b.   Kognitif: gangguan perhatian, tak bisa konsentrasi, pelupa, salah tafsir, pikiran blocking, menurunnya lahan persepsi, bingung, kesadaran diri berlebihan, waspada berlebihan, hilangnya obyektivitas, takut hilang kontrol, takut luka/mati.
c.    Afektif: tidak sabar, tegang, nervous, takut berlebihan, teror, gugup, sangat gelisah.
7.      Mekanisme Koping
a.    Task Oriented (orientasi pd tugas)
a)   Dipirkan utk memecahkan masalah, konflik, memenuhi kebutuhan.
b)   Realistis memenuhi tuntutan situasi stres
c)    Disadari dan berorientasi pd tindakan
d)  Berupa reaksi: melawan (mengatasi rintangan utk memuaskan kebutuhan), menarik diri (menghilangkan sumber ancaman fisik atau psikologis), kompromi (mengubah cara, tujuan utk memuaskan kebutuhan)
b.   Ego oriented:
a)   Task oriented tdk selalu berhasil
b)   Melindungi “self”
c)    Berguna pada ansietas ringan atau sedang
d)  Melindungi dr perasaan inadequacy dan buruk
e)   Berupa penggunaan mekanisme pertahanan diri (defens mechanism)
8.      Data yang perlu dikaji :
a.    Perilaku
Produktivitas menurun, Mengamati dan waspada, Kontak mata jelek, Gelisah, Melihat sekilas sesuatu, Pergerakan berlebihan (seperti; foot shuffling, pergerakan lengan/ tangan), Ungkapan perhatian berkaitan dengan merubah peristiwa dalam hidup, Insomnia, Perasaan gelisah.
b.    Afektif
Menyesal, Iritabel, Kesedihan mendalam, Takut, Gugup, Sukacita berlebihan, Nyeri dan ketidakberdayaan meningkat secara menetap, Gemeretak, Ketidak pastian, Kekhawatiran meningkat, Fokus pada diri sendiri, Perasaan tidak adekuat, Ketakutan, Distressed, Khawatir, prihatin dan Mencemaskan
c.    Fisiologis
Suara bergetar, Gemetar/ tremor tangan, Bergoyang-goyang, Respirasi meningkat (Simpatis), Kesegeraan berkemih (Parasimpatis), Nadi meningkat (Simpatis), Dilasi Pupil ( Simpatis), Refleks-refleks meningkat ( Simpatis), Nyeri abdomen (Parasimpatis), Gangguan tidur (Parasimpatis), Perasaan geli pada ekstremitas (Parasimpatis), Eksitasi kardiovaskuler (Simpatis), Peluh meningkat, Wajah tegang, Anoreksia (Simpatis), Jantung berdebar-debar (Simpatis), Diarhea (Parasimpatis), Keragu-raguan berkemih (Parasimpatis), Kelelahan (Parasimpatis), Mulut Kering (Simpatis), Kelemahan (Simpatis), Nadi berkurang (Parasimpatis), Wajah bergejolak (Simpatis), Vasokonstriksi superfisial (Simpatis), Berkedutan (Simpatis), Tekanan Darah Menurun (Parasimpatis), Mual (Parasimpatis), Keseringan berkemih (Parasimpatis), Pingsan (Parasimpatis), Sukar bernafas (Simpatis), Tekanan darah meningkat (Parasimpatis)


d.    Kognitif
Hambatan berfikir, Bingung, Preokupasi, Pelupa, Perenungan, Perhatian lemah, Lapang persepsi menurun, Takut akibat yang tidak khas, Cenderung menyalahkan orang lain., Sukar berkonsentrasi, Kemampuan berkurang terhadap : (Memecahkan masalah dan belajar), Kewaspadaan terhadap gejala fisiologis,
e.    Faktor yang berhubungan
Terpapar toksin, Konflik tidak disadari tentang pentingnya nilai-nilai/ tujuan hidup, Hubungan kekeluargaan/ keturunan, Kebutuhan yang tidak terpenuhi, Interpersonal – transmisi/ penularan, Krisis situasional/ maturasi, Ancaman Kematian, Ancaman terhadap konsep diri, Stress, Penyalahgunaan zat, Ancaman terhadap atau perubahan dalam :
Status peran, Status kesehatan, Pola Interaksi, Fungsi Peran, Lingkungan, Status Ekonomi.

C.    Diagnosa Keperawatan Lansia dengan Gangguan Ketakutan (Ansietas)
1.    Mobilitas fisik berhubungan dengan ketakutan atau ansietas berat.
2.    Gangguan pila tidur berhubungan dengan Ketakutan (ansietas)
3.    Membahayakan diri, resiko b.d perasaan tidak berharga dan putus asa.

D.    INTERVENSI KEPERAWATAN TERKAIT
1.    Mobilitas fisik, hambatan b.d gangguan konsep diri, depresi, ansietas berat.
Intervensi
a)    Bicara secara langsung dengan klien; hargai individu dan ruang pribadinya jika tepat
b)   Beri kesempatan terstruktur bagi klien untuk membuat pilihan perawatan
c)    Susun sasaran aktivitas progresif dengan klien
d)   Bersama keluarga memilih kemampuan yang bisa dilakukan pasien saat ini

2.    Gangguan pola tidur b.d ansietas
Intervensi
a)    Identifikasi gangguan dan variasi tidur yang dialami dari pola yang biasanya
b)   Anjurkan latihan relaksasi, seperti musik lembut sebelum tidur
c)    Kurangi asupan kafein pada sore dan malam hari
d)   Anjurkan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang tenang untuk memfasilitasi agar pasien dapat tidur.

3.    Membahayakan diri, resiko b.d perasaan tidak berharga dan putus asa.
Intervensi
a)    Identifikasi derajat resiko / potensi untuk bunuh diri
b)   Lakukan tindakan pencegahan bunuh diri
c)    Mendiskusikan dengan keluarga koping positif yang pernah dimiliki klien dalam menyelesaikan masalah


Tidak ada komentar:

Posting Komentar